Redaksi Berkisah,
Kisah Panglima Islam
Thariq bin Ziyad: Bara Tauhid di Gerbang Andalusia
Oleh: Rudi Irawan
Pembaca yang dirahmati Allah SWT,
Sejarah mencatat tokoh-tokoh besar yang namanya abadi bukan karena harta atau takhta, melainkan karena keberanian dan pengabdiannya pada Islam. Salah satunya adalah Thariq bin Ziyad, seorang jenderal tangguh yang menorehkan jejak tak terhapuskan di bumi Andalusia—sekarang dikenal sebagai Spanyol.
Tahun 711 M, atas perintah Gubernur Musa bin Nushair dari Kekhalifahan Umayyah, Thariq memimpin pasukan Muslim menyeberangi laut dari Afrika Utara menuju Eropa. Ia mendarat di sebuah tebing tinggi yang kelak dikenal dengan namanya: Jabal Thariq—Gibraltar.
Di hadapannya terbentang daratan asing, dan di belakangnya, laut yang dalam. Maka ia lakukan sesuatu yang mengguncang semangat pasukannya—ia membakar seluruh kapal. Dengan suara lantang ia berkata:
> “Ke mana kalian akan lari? Laut di belakang kalian, musuh di depan kalian. Tak ada jalan kembali kecuali kemenangan!”
Kata-kata itu bukan sekadar pidato. Ia mengobarkan tekad. Ia memutus keraguan. Ia ajarkan bahwa dalam perjuangan, tak ada tempat bagi keraguan, hanya keyakinan.
Dengan pasukan yang jauh lebih kecil, Thariq memimpin kaum Muslim menghadapi pasukan Raja Roderick dari Visigoth yang jumlahnya berlipat ganda. Namun dengan izin Allah, strategi jitu, dan semangat yang tak padam, Islam meraih kemenangan besar. Andalusia pun dibuka, menjadi gerbang peradaban Islam di Eropa selama berabad-abad.
Namun Thariq bin Ziyad bukan pengejar pujian. Setelah kemenangan itu, ia tak meminta gelar, tak membangun istana. Ia tetap menjadi panglima yang sederhana, setia kepada Islam, dan tunduk pada kepemimpinan.
Thariq adalah simbol keberanian, kecerdasan, dan totalitas dalam jihad. Ia mengajarkan kita bahwa terkadang untuk menang, kita harus terlebih dahulu membakar segala kemungkinan untuk mundur—agar hanya ada satu pilihan: maju dan bertawakal.
Salam hormat,
Tim Redaksi Mata PenaNews